Tuesday, March 31, 2009

catatan akhir bulan

entah apa yang bisa ku katakan
hanya goresan tangan
sepenggal rasa
yang masih tetap menyala
hingga akhir masa

somewhere

suatu tempat entah dimana
membuat ku merasakan
keteduhan
ketika dua mata menatap
seakan membawaku
ke suatu tempat
entah dimana
hanya tenang mengalir
damai menyusup
saat mata ku pejamkan
angan ku layangkan
kini ku temukan
tempat itu....
somewhere between
your heart and mine

Monday, March 30, 2009

I Knew I Love Him Before I Met Him

I knew I Loved You

Maybe it's intuition
But somethings you just don't question
Like in your eyes
I see my future in an instant
And there it goes
I think I've found my best friend
I know that it might sound more than little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I thing I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waitting all my life

There's just no rhyme or reason
Only this sence of completion
And in your eyes
I see the missing pieces
I searching for
I think I found my way home
I know that it might sound more than little crazy
But I believe


I knew I loved you before I met you
I thing I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waitting all my life

A thousand angels dance around you
I am complete now that I've found you


I knew I loved you before I met you
I thing I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waitting all my life

Thursday, March 26, 2009

Sepenggal Malam di Paris van Java

Sejak sore Bandung diguyur hujan deras, akhirnya sekitar jam 90.00 malam baru bisa jalan soalnya rencananya mo naik motor mau gak mau nunggu hujan reda. Bersama dia, menembus dinginnya malam yang masih disertai
sisa-sisa rintik hujan melajukan motor menyusuri jalanan Paris
Van Java. Dari kawasan Kebon Kawung--tempat nginep--akhirnya
sampai ke bilangan Dago atau Jalan Juanda.
Biasanya pada malam Minggu, jalanan yang menjadi salah satu ikon Bandung tersebut ramai dengan anak-anak muda yang nongkrong di sepanjang jalan tersebut. Namun malam itu, 21/03 lalu kumpulan anak-anak muda tidak tampak terlalu padat meskipun tidak bisa dibilang sepi. Mungkin karena habis hujan sehingga banyak yang enggan keluar rumah.
Kawasan Dago tak hanya dipenuhi dengan resto ataupun
rumah-rumah makan yang mahal namun juga tenda-tenda warung
makan untuk sekedar menikmati susu segar, pisang bakar, roti
bakar atau jagung bakar.
Dentuman musik dari sejumlah mobil van beberapa stasiun
radio yang sedang on air secara out door menambah meriahnya
suasana Dago, sementara anak-anak muda dengan aneka model
dandanan mencoba mengair rejeki dengan mengamen pada mobil
yang berhenti nampak pula satu dua orang penjaja bunga yang
menawarkan mawar merah ataupun merah muda.
Masih dalam suasana merayakan ulang tahun dia yang ke 20
piliah makan malam jatuh ke rumah makan fast food, sambil
menikmati suasana malam yang semakin riuh di Dago.
Usai makan malam di Dago, kembali melanjutkan
jalan-jalan malam membelah Paris Van Java. Setelah
berputar-putar akhirnya sampailah di kawasan Kota Tua atau sepanjang Jalan Asia Afrika yang memang banyak gedung-gedung tua peninggalan Belanda.
Duduk-duduk menikmati sepi dan dinginnya Bandung di depan Gedung Merdeka sembari membayangkan kemegahan bangunan bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia itu. Gedung yang pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia AFrika pada 1955 itu seperti wanita tua di ujung senja, sepi, sendiri tanpa ada yang mau menyapanya.
Beberapa anak muda menyempatkan berfoto dengan background gedung itu, sementara seorang gelandangan tua tetap nyenyak berbaring menikmati mimpinya sambil mendekap kedua lututnya untuk sekedar mengusir rasa dingin malam itu. Dari kawasan kota tua kembali ke Dago untuk sekedar menikmati minuman susu segar serta sepotong roti bakar dan pisang bakar. Suasana sudah sedikit sepi dibanding sebelumnya, namun sejumlah pengamen masih mencoba mengais-ngais rupiah dengan menawarkan lagu-lagunya kepada pengunjung tenda-tenda susu segar.
Jam 24.00 lebih. rasanya masih rindu untuk menyusuri malam di kota Parahyangan, tapi kantuk dan dingin mengajak badan ini untuk segera kembali ke penginapan. Sepenggal malam menikmati Paris Van Java diatas roda rasanya menjadi seribu kenangan!